Pagi – pagi itu, sepedah motor Manas meluncur dari pusat kota. Berjalan pelan menuju ke Timur. Dia bergegas pulang. Lebih dari sebulan dia tak pernah menghirup udara sejuk kampung halamannya. Pemuda 26 tahun, yang pekerjaannya belum tetap dan masih sering nganggur karena belum ada perusahaan yang ingin memakai tenaganya. Pekerjaannya sehari – hari menambah tumpukan map berwarna yang belum terbaca dari kantor ke kantor. Map berwarna coklat , di bagian luar tertulis nama dan nomor telepon gengam, berisi daftar riwayat hidup, dan foto formalnya. Desanya diatas lereng gunung, terletak selatan kota. Anak dari tunggal dari pasangan petani itu, butuh 2 jam perjalanan dari kota untuk sampai di tanah yang berjasa memendam ari –arinya sebagai teman didalam kandungan ibunya. Desa itu mulai sepi, karena mulai ditinggalkan para generasi mudanya untuk pergi ke kota. Seperti halnya para pemuda yang lain, Manas sudah 7 tahun lebih merantau di kota. Dimulai sejak dia menginjak bangku SMA ...