Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Sawah Habis di Negara Agraris

Pagi – pagi itu, sepedah motor Manas meluncur dari pusat kota. Berjalan pelan menuju ke Timur. Dia bergegas pulang. Lebih dari sebulan dia tak pernah menghirup udara sejuk kampung halamannya. Pemuda 26 tahun, yang pekerjaannya belum tetap dan masih sering nganggur karena belum ada perusahaan yang ingin memakai tenaganya. Pekerjaannya sehari – hari menambah tumpukan map berwarna yang belum terbaca dari kantor ke kantor. Map berwarna coklat , di bagian luar tertulis nama dan nomor telepon gengam, berisi daftar riwayat hidup, dan foto formalnya. Desanya diatas lereng gunung, terletak selatan kota. Anak dari tunggal dari pasangan petani itu, butuh 2 jam perjalanan dari kota untuk sampai di tanah yang berjasa memendam ari –arinya sebagai teman didalam kandungan ibunya. Desa itu mulai sepi, karena mulai ditinggalkan para generasi mudanya untuk pergi ke kota. Seperti halnya para pemuda yang lain, Manas sudah 7 tahun lebih merantau di kota. Dimulai sejak dia menginjak bangku SMA ...

Selama Hanya Tubuh Yang Kau Rawat dan Kau Manjakan, Jiwamu tak akan Subur, Tak Akan Teguh

Hari itu, aku tidak begitu sibuk dengan rutinitasku. Pekerjaan – pekerjaan sudah aku selesaikan semalam suntuk. Aku malas untuk pulang ke rumah ibu, malas untuk menempuh jarak. Ya, walaupun rindu, tapi bukan jarak yang membuatku rindu. Tapi omelan – omelan ibu untuk minta cucu. heuuuuuu Aku berniat untuk menghabiskan waktu hari ini dirumah keiclku, tidak ini kemanapun. Seakan enggan terkena terik matahari. Enggan bertegur sapa dengan manusia. Rokok mild biru aku nyalakan, sisa semalam. tinggal dua batang. Satu sedotan terasa serak, asap seperti enggan masuk kerongga tenggorokanku. Mengantre ditenggorokanku, serasa masih tertutup gerbang. mungkin karena tidak ada yang mendorong. Ya, Kopi pagi. Gelas kopiku sudah mengendap bubuknya, lagi – lagi sisa semalam.Rokokku matikan, bergegas aku menuju dapur, aku mulai menyeduh air. Tanpa aku lihat terlebih dahulu bubuk kopi didalam lemari, habis!. Resiko sebagai bujang. Sepertinya memang harus berinteraksi dengan manusia. Segera aku...

Filosofi Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo

Kebudayaan merupakan sebuah kebiasaaan nenek moyang yang dilakukan manusia dalam lingkup sosial tertentu.   Salah satunya kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia ialah larung sesaji.   Larung sesaji itu sendiri merupakan menghanyutkan persembahan berupa makanan atau benda lain dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbiolis. Larung sesaji terdapat di berbagai daerah salah satunya   yaitu berada di Ponorogo.   Ponorogo merupakan salah   satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki berbagai budaya yang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lainnya.   Pada setiap tahun baru Islam atau Sura, Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa   Grebeg Sura.   Dalam acara tahunan ini   ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi seperti Festival Reog Mini, Festival Nasional Reog Ponorogo, bedhol pusaka, kirab pusaka dan yang terakir yaitu upacara larung sesaji yang dilaksanakan di Telaga Ngebel.   Upacara la...