Langsung ke konten utama

Selama Hanya Tubuh Yang Kau Rawat dan Kau Manjakan, Jiwamu tak akan Subur, Tak Akan Teguh



Hari itu, aku tidak begitu sibuk dengan rutinitasku. Pekerjaan – pekerjaan sudah aku selesaikan semalam suntuk. Aku malas untuk pulang ke rumah ibu, malas untuk menempuh jarak. Ya, walaupun rindu, tapi bukan jarak yang membuatku rindu. Tapi omelan – omelan ibu untuk minta cucu. heuuuuuu

Aku berniat untuk menghabiskan waktu hari ini dirumah keiclku, tidak ini kemanapun. Seakan enggan terkena terik matahari. Enggan bertegur sapa dengan manusia. Rokok mild biru aku nyalakan, sisa semalam. tinggal dua batang. Satu sedotan terasa serak, asap seperti enggan masuk kerongga tenggorokanku. Mengantre ditenggorokanku, serasa masih tertutup gerbang. mungkin karena tidak ada yang mendorong. Ya, Kopi pagi.

Gelas kopiku sudah mengendap bubuknya, lagi – lagi sisa semalam.Rokokku matikan, bergegas aku menuju dapur, aku mulai menyeduh air. Tanpa aku lihat terlebih dahulu bubuk kopi didalam lemari, habis!. Resiko sebagai bujang. Sepertinya memang harus berinteraksi dengan manusia. Segera aku pergi ke kamar mandi, sekedar cuci muka dan sikat gigi.

Aku segera bergegas pergi ke warung Cak Mat, warung langgananku apabila aku malas untuk 
menyeduh kopi ataupun memasak makanan. Warung itu terletak tidak jauh dari rumah, dtempuh dengan jalan kakipun tidak membuat peluh membasahi kepala. Buka setiap hari kecuali tutup, mulai pagi sampai malam. Cak Mat adalah pendatang di kota ini, asli dari Lamongan. Seperti halnya kaum urban – urban Lamongan yang lain, cak Mat mendirikan warung kecil di tengah sawah.
Suasana sejuk di warung itu, karena di kanan kirinya terhampar sawah hijau yang baru di tanamin. 

Aroma khas lumpur sawah menyambut pagi itu. Petani yang sudah mulai menua umurnya, tampak memeriksa saluran air, sesekali membenarkan celananya yang melorot karena lumur menggantung di bagian bawah celannya.

warung cak Mat belum tampak rame. Hanya cak Ansori, tetangga dekat cak Mat yang sudah nampak, sedang membaca koran harian dilipat separuh, tangan kirinya memegang rokok kretek merk Teng we atau ngelinting dewe (buat sendiri). Nampaknya cak Anshori masih baru datang, kopinya masih berasap. Aromanya langsung menusuk hidungku.

“Sudah lama cak?” aku memulai orolan

“walah, gareng. barusan le, tuh kopiku masih panas” Cak Anshor geser, pertanda memberikan ruang untuk tempat dudukku.

“Mau pesen apa le? Kopi apa teh anget?. Cak Mat tanya pesananku sambil meletakkan pisang goreng yang masih hangat

“Kopi saja cak” tanganku sambil meraih pisang goreng yang baru dihidangkan cak Mat

“Pahit ya, seperti biasa” Cak Mat sudah hapal dengan kegemaranku
Cak Anshor masih tampak serius dengan bacaannya.

“Baca apa cak?”

“ini lo le, baca berita tentang DPR yang lagi pinter bikin undang – undang anti kritik” nada cak Anshor tampak sedikit kesal

“woalah, MD3 niku to cak?” bertanya dengan medok jawak khas

“Iya reng, lha ini pak Jokowi malah membiarkan UU MD3 melenggang disahkan DPR”
UU MD3, rancangan undang – undang yang sedang hangat menjadi cuitan di dunia maya. UU MD3 adalah undang – undang perlindungan bagi anggota DPR dari kritikan masyarakat. Dengan UU MD3, maka orang – orang yang mengkritik diluar batas kewajaran “menurut” DPR dapat diserahkan kepada penegak hukum.

“ini kopinya reng” sambil menaruh kopi dimeja.

“Cak Shor, Gareng. tak tinggal belanja bentar ya, mie instantku habis” cak Mat sambil keluar dari warung dan naik kemotor maticnya

“halah, baru aja buka. kalo ada tukang kredit lewat warungmu tak gadaikan buat modal nikah loh cak” mencoba menggoda cak Mat

“aku ikhlas, asal koe buruan nikah” sambil nyelonong ngegas motornya

“orang – orang yang duduk di atas ini semakin aneh saja ya reng. kagak ingat dulu bagaimana para pahlawan berjuang” Cak Anshor sambil menyeruput kopi digelasnya

“Dari zaman pak Karno sudah banyak orang seperti itu cak, demi kepentingan golongan, dulu pas pemerintahan pak Karno pasca kemerdekaan pernah terjadi perubahan cak, dari sistem presidensil menjadi sistem parlementer”

“Jadi, pas pemerintahan pak Karno itu, betul beliau sebagai presiden dan pak Hatta sebagai wakil, tapi yang memegang kebijakan itu Syahrir dibawah kabinetnya. Dulu hampir tiap tahun cak, pergantian kabinet, karena mosi tidak percaya. Biasa cak, kepentingan dibalik kepentingan”

“iya, tapi ndak separah sekarang, sekarang kelihatan betul, para wakil rakyat itu melindungi kepentingannya sendiri, lha rakyatnya juga tidak sehat saling salah menyalahkan satu sama lain, ndak mencari tahu kekurangan dirinya sendiri”

“Lah, namanya juga manusia cak” aku mulai menyulut rokok

“iya le, lha ini yang parah lagi. Pak Jokowi pernah ngetwitt 21 Februari lalu, beliau bilang kalo draft itu belom ditandatangani walaupun sudah dimeja kerjanya lha ini malah sudah setujuh, terus piye?” cak Mat sambil melempar batang rokoknya yang sudah mengecil di tempat sampah

“hehe, lha sudah “sistem” loh cak shor” sambil cengar cengir berfikir kakek 70 tahun itu bisa maen twitter

“lha jenengan punya twitter toh cak?”

“Yo punya le, sebagai kakek zaman now, aku ngikuti itu cuitan – cuitan manusia Indonesia, pada minta bener sendiri” sambil mengeluarkan ponsel pintarnya dari tas pinggang

“minta bener sendiri gimana toh cak?” aku menimpali

“lha itu, mereka pada berisik ribut ini itu, soal pipis onta diributin, soal nikahan presiden diributin, soal cadar diributin. Kebanyakan mendengar kurang mencari tahu. Mereka ndak sadar kalo mereka sedang diadu oleh pihak ketiga, sama seperti tragedi 65 itu. antara PKI, tentara dan muslim saling bunuh, lha sama saudara sendiri. mereka ndak sadar kalo politik pecah belah bangsa luar sedang dihidupkan lagi masa aktifnya, devide et impera modern. Dan satu lagi, kita paling suka ribut – ribut sama sebangsa sendiri”
“hehehe, iya cak, kemarin bu dendy juga ribut karena suaminya mau punya bini lagi” cengengesan
“heheh, piye aku pantes nikah lagi ndak le?” Cak Anshor mulai ngelantur
Cak Anshor beristri 3, istri yang pertama tidak punya anak, berusia 60-an tahun. Istri yang kedua mempunyai satu anak berumur 50-an tahun, tidak mempunyai anak. Istri yang ke-3 berusia 30 tahun, mempunyai 2 orang anak.Sepertinya para DPR itu harus belajar dari cak Anshor untuk menerapkan sila ke -4 pancasila. Beliau melaksanakan musyawarah mufakat dengan istrinya, untuk mencapai kata sepakat “menikah lagi”. Dan istri pertama yang paling mendukung program “menikah lagi”, bahkan beliau yang malah menggagas program itu. Dari istrrinya yang 3 itu, cak Mat bisa menerapkan sila ke -5 yaitu keadilan sosial bagi istrinya. Beliau menjadi menteri keuangan sekaligus tulang punggung keluarga. Bagaimana DPR perlu study banding ke Cak Anshor untuk penerapan pancasila di kebijakan – kebijakannya.
“Begini le, masyarakat di Indonesia sekarang kurang menerapkan ilmunya Ibnu Abrani. Mistikus besar bergelar al –syekh al akbar, tokoh peling berpengaruh dalam perkembangan tasawuf, tidak terkecuali tasawuf di Nusantara abad 17 – 18.” Cak Mat mulai menyulut rokok sambil membenarkan letak duduknya
“lhah, ulama besar yang mempunyai 3 pemikiran tentang bentuk pengetahuan itu cak?” wajahku sedikit bertanya – tanya karen belum banyak faham tentang pemikir – pemikir islam
“bener reng, bentuk pengetahuan itu ada 3. Pertama, intelektual dan teori – teori belaka” tangannya telingkas menyahut pisang goreng yang mulai mendingin seperti sifat wanitamu yang punya laki – laki lain dihatinya

“kedua, pengetahuan tentang keadaan disekitarnya, mencangkup perasaaan emosional. ketiga, pengetahuan yang disebut tentang pengetahuan hakikat. Pengetahuan ini membuat manusia dapat apa yang betul, apa yang benar dan apa yang salah, mengatasi batasan – batasan pikiran biasa dan pengalaman empiris”

 “hehehe bener juga cak” aku mulai roaming dan menggaruk – garuk kakiku yang dihisap – hisap oleh nyamuk

“orang Indonesia itu, rata – rata memilih pemimpin dari pengetahuan yang pertama le, kalau orangnya berpendidikan tinggi dan pinter, mengetahui banyak teori sudah dikedepankan di masyarakat”

“bukankah menguasai ilmu – ilmu itu penting cak?”

“dilihat ilmu apa dulu le, kalau hanya menguasai secara teori dan kurang memiliki perasaan emosional yang kuat tentang lingkungan sekitar, apakah kepekaan sosialnya akan bisa dijamin?” kakinya diangkat naik ke kursi

cak Anshor menambahi. “Perasaan emosional itu hubungannya dengan pengusaan hawa nafsu dan cinta le, coba kamu lihat dulu, betapa pak Hatta saking cintanya sama Indonesia, sampai beliau berjanji lebih berkonsetrasi untuk memerdekakan Indonesia dari pada memerdekakan status lajangnya. beliau mau menikah setelah Indonesia merdeka. Beliau lebih berkonsntrasi memerdekakan Indonesia, dari pada memikirkan kepentingannya sendiri yaitu soal jodoh. semua itu dilandasi cinta le” Asap mengepul di wajah beliau sambil tersenyum terkekeh – kekeh.

“berarti cinta yang menimbulkan pengabdian tulus ya cak?” aku mulai bingung jika dihubungkan dengan urusan cinta – cintaan

“menurut Syamsi Tabriz, guru spiritual dari Jallaludin Rumi, Cinta itu bisa mentrasnformasikan jiwa sesorang menjadi lain. Intinya, cinta itu bisa membuat yang tidak bisa, menjadi bisa. Bisa membuat manusia lebih mendalami sesuatu yang dijalaninya, bisa mencari “kehidupan yang tersembunyi” dibalik hidupnya yang fana”

“Cinta itu pengorbanan cak kata anak – anak ABG cak” pipiku menggelembung dan bibirku senyum melebar

“ketika kamu berkorban dalam cinta, saat itu pula cintamu tidak tulus le, bisa kamu baca di bukunya Sudjiwotedjo, talijiwo”

Cak Anshor menimpali. “hakikat yang ketiga dari ilmu itu, mencari apa yang benar dan apa yang salah le, bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. lha ini sudah menjadi sistem di masyarakat kita. pasti mencari kambing yang dihitamkan, karena untuk membela kelompok, dan orang yang dipujanya. Kamu bisa lihat dikasus pemilu Jakarta, sampai sekarang, masyarakat jakarta masih banyak yang ribut soal hasil pemilu. mereka ndak terima, kurang legowo, kurang demokrasi. Ya karena itu tadi, mencari benarnya sendiri, dan salahnya orang lain, mereka berbicara soal demokrasi tapi mereka ndak legowo hasil dari yang katanya demokrasi”

“lha iya, kok ruwet kaya hubungan perjodohanku ya cak” mencoba  memecah suasana serius dengan banyolanku

“makane toh, besok kalau kamu bekerja itu harus berdasarkan cinta, pengetahuanmu saja ndak cukup untuk karirmu. Kamu juga harus paham apa yang benar dan apa yang salah dilingkungan kerjamu. Kamu harus lebuh tahu malu dan tahu diri. Semua hakikat hidup ini kembali kepada Sangkan Paraning Dumadi le, semua kembali kepada Tuhan le. Pekerjaan, Manusia, Tumbuhan, dan semua yang ada didunia ini hanya sebagai mediamu untuk beribadah kepada Tuhan, jika semua yang kau perbuat dan yang kau miliki itu berdasarkan cinta, kau tidak akan kehilangan sedikitpun dari apa yang kau miliki”

Tangan Cak Anshor kembali menyambar pisang goreng dan dimasukkan kemulutnya yang sudah tidak genap susunan giginya. “Jika kau menyingkirkan tujuan keduaniawianmu, membuang dimensi yang sempit dari kehidupan duniamu, kau akan menemukan kau akan mendengar dan menyaksikan apa yang belum kamu lihat. Kau akan mencintai Yang Esa dengan hati dan Jiwamu”

“sepertinya orang – orang indonesia kurang paham tentang itu ya cak”

“saya jadi ingat, pak Hatta ketika beliau pensiun. Sebagai seorang mantan wakil presiden, tentunya beliau bergelimang harta, kalau kita pandang sama dengan wakil presiden yang sekarang. Bahkan pak Hatta mau beli sepatu kesukaannya pun tidak bisa, uang yang beliau tabung dicurahkan lebih kepada buku, pendidikan anaknya dan orang – orang disekitarnya. Sampai beliau meninggal, sepatu itu belum dibeli, dan itu baru diketahui setelah istrinya menemukan guntingan iklan sepatu dibuku harian pak Hatta” aura ku mulai baper. Hiks

“nah, bisa kita bayangkan, apabila orang – orang sekrang hidup sederhana dan paham akan makna Sangkan Paraning Dumadi, Tuhan al – Rahman dan al – Rahim. tidak akan ada keruwetan seperti sekarang, atau paling tidaj bisa dinetralisir kebisingan demokrasi Indonesia ini. Betapa Indahnya kalau para pengabdi negara bekerja berdasarkan cinta, bukan berdasarkan kepada kepentingan perutnya. Bisa dibandingkan kalau masyarakat bekerja saling bahu membahu, tidak mencari benarnya sendiri dan salahnya sendiri, pasti DPR pun tanpa mengeluarkan UU MD3 pun, mereka akan tahu diri dan lebih membuka kritik masyarakat, karena msyarakatnya sehat” rokoknya tampak habis, dan cak Anshor menenggak kopi yang tinggal ampasnya

Tidak berapa lama cak Mat, datang dan tergopoh – gopoh keberatan dengan belanjaannya.

“Gareng, kae dicari Ibumu, keliatan beliau dandan rapi datang dengan perempuan” Wajah sumringah tergambar dari wajah cak Mat

“Wadoh, sopo iku cak?”

“waladalaaaah, sido dimantu tenan kamu le. Cita – cita kaya aku ndak?” tertawa dengan sombongnya, sambil berjalan menuju kamar mandi dibelakang

“yaudah cak, aku kopi sama gorengan satu, ditanggung cak Anshor cak”
sambil nyelonong pergi

“lhaaaaah,,, malah ngutang ini nanti cak Anshor”
aku tidak pura – pura tidak perduli dan tertawa didalam hati. sambil berfikir, dengan siapa ibu datang?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo

Kebudayaan merupakan sebuah kebiasaaan nenek moyang yang dilakukan manusia dalam lingkup sosial tertentu.   Salah satunya kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia ialah larung sesaji.   Larung sesaji itu sendiri merupakan menghanyutkan persembahan berupa makanan atau benda lain dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbiolis. Larung sesaji terdapat di berbagai daerah salah satunya   yaitu berada di Ponorogo.   Ponorogo merupakan salah   satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki berbagai budaya yang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lainnya.   Pada setiap tahun baru Islam atau Sura, Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa   Grebeg Sura.   Dalam acara tahunan ini   ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi seperti Festival Reog Mini, Festival Nasional Reog Ponorogo, bedhol pusaka, kirab pusaka dan yang terakir yaitu upacara larung sesaji yang dilaksanakan di Telaga Ngebel.   Upacara la...

Jathil Obyog

  Kesenian Reyog terbagi atas dua bentuk yaitu reyog display dan reyog play. Reyog Display atau biasanya disebut Reyog Festival yang ditampilkan dalam event – event tertentu misal dalam Festival Reyog Nasional yang diadakan setahun sekali. Sedangkan Reyog Play adalah sebutan bagi Reyog Obyog. Dikatakan obyog karena dalam pementasannya tidak selalu berada dipanggung, penari turun secara langsung dan berbaur dengan penonton. Keistimewaan dari obyog adalah penonton boleh ikut berbaur dalam pertunjukkan dan ikut menari dalam pertunjukan tersebut. Selain itu, kesenian reyog obyog bisa dipentaskan dalam berbagai acara, misalnya hajatan, khitanan, rapat terbuka dll. Kesenian ini memiliki sifat gembira dan dinamis karena reyog obyog adalah sebuah tarian rakyat   dimana penonton boleh ikut menari bersama dengan pemain reyog obyog. Terdapat perbedaan yang mendasar pada unsur penari antara reyog festival dan reyog obyog. Unsur – unsur dalam reyog festival terdiri dari : Kelono ...

Alam “properti” ber-Tuhan

By : Hayik Lana M  Pertanian merupakan bagian dari kehidupan manusia. Petanian adalah salah satu tindakan dari sekian banyak tindakan lain untuk memanfaatkan potensi dari alam. Pertanian mulai muncul ketika masyarakat mampu menjaga ketersediaan pangan bagi diri sendiri dan kelompok. Manusia sebelumnya mengandalkan alam untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Kebutuhan manusia semakin meningkat dan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan pangan, akhirnya manusia yang terdesak kebutuhannya mulai menetap dan bertani. Tinggal menetap dan bertani tersebut berdampak pada kemunculan peradaban-peradaban dunia   Gambar : Perusahaan membakar hutan di Gala-Gala, Tapanuli, 1933. Foto: KITL Marsden mendapati pada April-Mei, jelang musim kemarau, petani telah memilih dan menandai hutan untuk ladangnya. Masyarakat memilih cara cepat meratakan pohon-pohon besar di hutan dengan memercikan api dari dua flint yang diadu. “Api bisa be...