Budaya ribut sepertinya tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan sehari – hari manusia. Sekitar 70.000 tahun lalu, Organismea dari
spesies Homo Sapiens mulai membentuk struktur – struktur yang rumit dinamakan
dengan budaya. Posisi Homo Sapiens pada saat itu adalah berada pada rantai paling
bawah dari rantai makanan. Mereka bersatu bahu - membahu untuk mempertahankan
spesies mereka dari serangan binatang – binatang besar di dunia.
Dari persatuan itu muncullah teori gosip (Homo
Sapiens – Yuval Noah Harari). Gosip muncul dari sifat alamiah manusia, karena
gosip adalah suatu cara manusia untuk menjalin komunikasi antara satu dengan
yang lain.
Gosip itu sendiri, memecah sapiens menjadi kawanan –
kawanan kecil. Yang kukuh mempertahankan budaya nomaden dan kukuh untuk
melaksanakan revolusi Agrikultur.
Pada era modern ini, gosip menjadi sebuah komunikasi
yang sangat kompleks. Tidak hanya disampaikan didunia nyata melalu percakapan
yang bersikap langsung, karena kecanggihan teknologi yang semakin mem - bui
manusia, gosip juga disampaikan via jejaring sosial, entah melalui surel,
twitter, FB, Instagram ataupun “grup sebelah’ Whatsapp.
Gosip bisa berupa fakta yang berdasarkan peristiwa
yang benar – benar terjadi, seperti halnya ketika sapiens modern membahas
tentang gosip twitter bapak SBY beberapa waktu lalu yang berisi tentang ke”baper”an
bapak mantan presiden menanggapi gosip tentang pernyataan presiden penggantinya
yaitu bapak Jokowi.
ataupun gosip yang dibuat mengada –ada untuk mengisi
waktu luang, misal tentang potongan berita bom di Surabaya. Bom di Surabaya
gosip faktanya memang benar – benar terjadi, akan tetapi ada gosip yang masih
diperdebatkan kebenarannya. Seperti tentang (maaf), penis pelaku peledakan yang
terpotong ketika pelaku meledakkan diri, ini faktanya benar. Akan tetapi timbul
gosip yang bahan lelucoan yaitu konon katanya, pelaku dalam pimikiran pelaku pembom-an
ingin mati dengan syahid dengan tujuan bisa bertemu dengan bidadari surga yang
bisa digauli semaunya tanpa membayar. Tendensi membayar karena lokalisasi di
Surabaya sudah banyak yang digusur oleh Bu Risma, salah satunya adalah Dolly.
Karena pelaku sudah tidak bisa menumpahkan hasratnya dan mungkin kehabisan
uang, makanya pelaku ingin mati syahid. Lho, kalo penisnya ketinggalan, mau
menggauli pakai apa, pakai ulegan cabe? lha wong namanya juga gosip yang belum
bisa dipercaya kebenarannya, ndak usah diributkan. Kelkelkelkel
Mau bagaimanapun, kalau menghilangkan nyawa orang
lain yang tidak salah itu kan dosa dan melanggar undang – undang. Coba kalau
ndak percaya anda bisa tanya ke Pak Polisi beneran, jangan polisi tidur.
Tentara, Pemuka agama, atau bapak ibu gurumu. hehe
Dua jenis gosip diatas, membuat jejaring sosial di
Indonesia benar – benar sibuk. Sibuk ribut dan sibuk membuat statement kebenaran
masing – masing, dengan dasar pemikiran masing – masing. Nah, kalau sudah
masing – masing seperti ini bagaimana dan dimana letak persatuannya?
Apakah kalau anda sudah benar dengan statement anda di
sosial media, anda akan mendapat jodoh bagi yang jomblo?. Atau bakal mendapat
istri atau suami tambahan bagi yang sudah punya pasangan resmi? Untuk yang
kedua, jelas akan membuat beban rumah tangga anda akan bertambah. Heuheuheuheu
Gosip – gosip yang beredar didunia maya itu adalah
sebuah ajang bagi sebagian orang – orang pengecut untuk membuat artifisial bagi
dunianya sendiri dan kepentingannya sendiri. Orang – orang itu akan
mendomestikkan kepentingan mereka supaya anda – anda semua mempunyai blok –
blok untuk dibela sesuai dengan sudut pandang anda. Gosip – gosip yang
berkembang pada masa sekarang adalah berpacu pada kesalahan dan pembenaran
masing – masing. Seperti misal calon A dan B dalam dunia politik ketika masa
kampanye tiba, yang bertarung untuk memperebutkan posisi kepala daerah.
Konsultan poltik A akan mencari kesalahan calon B, dan akan mencari pembenaran
yang bisa mengangkat nama calon A. begitu sebaliknya, berlangsung secara terus
menerus sampai Nobita pakai baju koko untuk pergi nyantri.
Hal – hal semacam itu akan diinformasikan kepada
fans mereka, khalayak ramai dan masyarakat penikmat gosip – gosip politik
melalui jejaring media sosial yang sedang digandrungi oleh sapiens – sapiens Indonesia
zaman now. Hal semacam ini yang pada masa kini menjadi keributan – keributan kecil
akan tetapi banyak sekali di dunia maya. Ingat, ibu anda melahirkan anda bukan
untuk tujuan memantau berita – berita gila yang bisa mempengaruhi jiwa sosial
anda seperti itu my luuuur. ~
Pengecut...
Metode – metode seperti itu diadaptasi dari pengaruh
– pengaruh barat yang terus menggerogoti budaya pemberani bangsa anda my lur..
Budaya nenek moyang bangsa anda adalah budaya
pemberani. Bisa anda lihat dalam kasus ketika Kesultanan Islam Nusantara yang
mempunyai kapal dagang yang luar biasa, dan lebih mengandalkan perang terbuka sebagai
sikap seorang ksatria yang bertarung secara langsung. Budaya itu hancur karena pengaruh cetbang – cetbang,
pertahanan bentang dari orang – orang Peranggi, Espanya dan Belanda untuk
menaklukkan Nusantara. Mereka lebih berlindung dibalik Cetbang, Kemewahan kapal
dan strategi benteng mereka. Seperti ketika Sultan Agung tahun 1828 – 1829 dengan
gagah perkasa, mengirim 10.000 pasukannya yang dipimpin Tumenggung Baureksa
menyerang benteng VOC yang hanya dijaga oleh 1.500 pasukan dan tidak semua siap
tempur. VOC mengandalkan benteng mereka untuk bertahan, dan hasilnya Sultan Agung
kalah menghadapi orang – orang pengecut yang cerdik itu. Kemudian budaya
ke-Pengecutan yang diajaran kepada bangsa anda dan perangkap mewah itu berhasil
membawa bangsa anda ke pusaran budaya pengecut.
Dalam masa modern bisa anda lihat bagaimana
konspirasi global yang mempengaruhi pemikiran masyarakat Nusantara. Dengan
media gosip, kita berhasil diadu domba, dan lahir peristiwa 65. Ratusan ribu
orang entah yang terlibat langsung dengan gosip PKI ataupun yang tidak terlibat
secara langsung dengan gosip PKI. Semuanya ditumpas oleh bangsa Sendiri.
Orde Baru melenggang, melengserkan Orde Lama yang
kukuh memgang konsep “berdiri diatas kaki sendiri”, bangsa Asing tidak bisa
menyetuh gunung – gunung emas di Papua, dan tambang Gas di Aceh. Seketika
luntur dengan masuknya investasi asing dibawah Orde Baru.
Ataupun ketika 1998 mulai terjadi pelengseran Orde
Baru ke Orde Reformasi, banyak timbul korban di masyarakat sipil. Siapa vs
siapa? Tentunya pribumi vs pribumi.
Yang anda ributkan sampai saat ini adalah tentang
pembenaran peristiwa – peristiwa yang sudah terjadi itu, dan anda tidak pernah
mencari tahu apa yang salah dengan semua itu. Semua itu adalah akibat dari “Kepengecutan
Gosip” yang dibuat oleh dalang – dalang yang ingin mempertahankan kekuasaan
ekonominya di negara yang kata Gemah
ripah loh jinawi ini.
Setelah kita masuk ke pusaran Gosip itu, anda juga
terseret menjadi sebuah bangsa yang terbiasa dengan kepengecutan. Kiblat anda
sekarang adalah gosip sosial media yang antah berantah kebenarannya. Gosip yang
antah berantah itu selalu anda nyinyiri dan anda menguras isi otak anda.
kelkelkel
Bisa anda bayangkan, operasi kelamin Lucita Luna
misalnya. Beberapa waktu lalu menjadi sebuah topik yang sangat ramai bagi
khalayak netizen sekalian. Melebihi Gosip tentang rata – rata nilai ujian siswa
yang turun ketika ujian akhir nasional, atau tentang gosip gaji guru non PNS
yang hanya Rp. 300.000 setiap bulannya. heuheuheu
Gosip – gosip semacam itu secara gamblang telah
memuat kita terpecah antar pihak dan golongan. Tentunya anda pasti mengalami,
anda ribut dengan teman satu grup Whatsapp anda karena berdebat tentang gosip
dari Broadcast yang beredar dari grup sebelah, hal pertama yang terjadi anda
akan tersinggung dan anda akan saling
adu argumen. Semua itu terjadi di dunia maya, dan tentu anda tergolong orang –
orang yang baper dan pengecut tadi. Merasa. . .?
Okeh fans, tidak ada teori yang mampu menyelesaikan
ini semua kecuali anda kembali kepada peradaban nenek moyang kita sebagai
bangsa yang pemberani dan menerapkanTepa
Selira yang berarti menyalahkan orang lain bukanlah sikap para ksatria,
menghargai itu lebih baik. Anda tidak bisa terus – terusan masuk kedalam “Kelemahan
Watak” yang pernah dibahas oleh Muchtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia.
Anda tidak bisa survive dari kebudayaan Ksatria bangsa Indonesia, dan anda
dipaksa percaya gosip – gosip di sosial media yang terus mempengaruhi otak anda
untuk berargumen dengan teman kantor anda, atau tetangga anda bahkan
selingkuhan – selingkuhan anda. Sikap ksatria yang Tepa Selira akan sulit anda temui dalam debat meributkan gosip di
sosial media.
Tepa
Selira yang diwakafkan oleh nenek moyang anda sepertinya
sudah anda tinggal begitu saja,, dan anda lebih menggunakan “pendidikan” anda
yang belum tentu berilmu. Apakah perdebatan gosip itu akan mendapat kebenaran?
Kebenaran gosip menurut anda sendiri? Kebenaran gosip menurut orang lain?
ataukah kebenaran gosip Kang bener sejati?
terakhir, Kebenaran gosip dan kebaikan gosip yang
menjadi komunikasi perdebatan antar jutaan netizen di sosial media, apakah
indah apabila di lihat oleh calon – calon penerus anda sekalian. Ingat, ketika
anda melakukan sesuatu hal berarti anda mengajarkan pula kepada anak turun
anda. Menjadi pengecut tentunya bukan hal yang anda dan pasangan anda inginkan
ketika anda sudah mulai memproduksi anak secara syah.
Nah, apabila anda termakan oleh gosip – gosip murahan
seperti itu apa bedanya anda dengan sapiens – sapiens masa pra aksara my
luuur??
By ; Hayik Lana Minroshada
By ; Hayik Lana Minroshada
Terusik dengan kalimat "pendidikan yang tak berilmu"
BalasHapusKarena orang pinter itu belum tentu bener.
HapusBegitu ya yang dimaksud.
Tapi itu semuanya keren...