Langsung ke konten utama

Alam “properti” ber-Tuhan

By : Hayik Lana M 

Pertanian merupakan bagian dari kehidupan manusia. Petanian adalah salah satu tindakan dari sekian banyak tindakan lain untuk memanfaatkan potensi dari alam. Pertanian mulai muncul ketika masyarakat mampu menjaga ketersediaan pangan bagi diri sendiri dan kelompok. Manusia sebelumnya mengandalkan alam untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Kebutuhan manusia semakin meningkat dan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan pangan, akhirnya manusia yang terdesak kebutuhannya mulai menetap dan bertani. Tinggal menetap dan bertani tersebut berdampak pada kemunculan peradaban-peradaban dunia
 



Marsden mendapati pada April-Mei, jelang musim kemarau, petani telah memilih dan menandai hutan untuk ladangnya. Masyarakat memilih cara cepat meratakan pohon-pohon besar di hutan dengan memercikan api dari dua flint yang diadu. “Api bisa bersumber dari penggosokan dua potong kayu kering,” (Hendra, 2017)


Gambar : Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur di tengah menggambarkan seorang laki-laki sedang membakar sesuatu untuk menghalau hama tikus.(historia.id)

Disebutkan dalam majalah digital Historia.id “Tikus-tikus menyerang ladang. Seorang laki-laki nampak sedang membakar sesuatu. Asapnya diarahkan pada ladang yang sedang diserang tikus itu. Dia hendak menghalau tikus-tikus itu agar tak mengganggu ladangnya. Penggambaran itu terpahat pada relief Karmawibhangga di Candi Borobudur. Pada panil relief lainnya, babi muncul sebagai pengganggu. Ia pun ditombak oleh warga.Di panil lain digambarkan dua orang yang bertugas menjaga sawah. Mereka menunggu di dalam gubuk di tengah sawah. Ada pula seekor anjing yang berbaring di bawah gubuk itu”(Putri, 2017)

Dua ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana kesadaran manusia untuk berperilaku mengolah sumber daya alam. Ilustrasi pertama menggambarkan tentang manusia mengeksploitasi ekosistem dalam satu Kawasan yang akan dimanfaatkan untuk pertanian dengan cara membakar ekosistem yang ada di hutan. Ilustrasi yang kedua menggambarkan tentang seorang petani mencoba memerangi tikus yang dianggap sebagai hama dengan cara diasapi dan membawa anjing untuk berjaga. 

Manusia adalah manusia yang memiliki potensi kemalaikatan dan kebumian, karena manusia merupakan kombinasi keduanya, yang bisa naik ke derajat malaikat atau sebaliknya, anjlok ke level hewaniyah. Manusia, oleh Tuhan, telah diberi kemampuan (talenta) dan dibiarkan bebas memilih ganjaran atau hukuman melalui perbuatan-perbuatannya itu, sementara maklhuk lainnya tidak mempunyai kepantasan semacam itu. manusia mesti memilih cahayanya sendiri dan memperoleh kesempurnaan melalui kesahajaan dan kesetimbangan serta menggunakan seluruh talentanya. (Muthahhari, 2012)

Manusia menjustifikasi tindakan mereka untuk mengolah alam. Para petani itu tahu bahwa sedang memanfaatkan potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hawa nafsu mereka. Manusia menganggap dirinya superior dan paling mampu untuk mengolah sumber daya alam dibandingkan mahkluk hidup lain yang tinggal dibumi. Terbukti bahwa pada masa sekarang semua sisi yang ada di bumi, dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Manusia dijamin oleh Tuhan akan dipenuhi kebutuhannya dengan media alam. Tuhan menurunkan Hujan, memberi panas dan kelembapan udara sebagai sarana untuk mengolah alam. Alam dan seisinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sistem yang berjalan di dunia ini, sepenuhnya adalah sarana manusia untuk ber-Tuhan. 

Manusia bisa dianggap sebagai makhluk superior ketika bisa menjalankan sistem yg telah digariskan oleh Tuhan. Tuhan memediasi Manusia dgn ekosistem yg ada dialam. Tuhan melindungi dan menyelamatkan produksi pertanian, dan sebagai gantinya manusia harus membagi produksi itu dengan Tuhan. Kesepakatan ini menguntungkan kedua belah pihak, atas tanggungan ekosistem (Harari, 2018)

Energi yang diperoleh manusia dari hasil mereka berproduksi pertanian dimanfaatkan untuk makanan manusia. Dari makanan yang manusia makan, akan dihasilkan energi untuk beraktifitas. Aktifitas yang dilakukan manusia adalah sebuah “iklan”, drama intinya adalah ketika manusia beribadah dan mengakui keberadaan Tuhan.

Keseimbangan alam mutlak berada ditangan manusia sebagai makhluk superior. Manusia dianggap superior karena manusia mampu berdiri didaftar teratas ekosistem rantai makanan. Mereka mampu menyingkirkan hewan-hewan besar dan ekosistem alam yang takluk karena keunggulan berfikir manusia.

Gambar pertama menunjukkan bagaimana manusia  memanfaatkan alam dengan cara merusaknya. Kerusakan alam yang menyebabkan bencana mutlak adalah tanggung jawab manusia. Salah satunya adalah bencana banjir atau tanah longsor timbul akibat rusaknya ekosistem hutan, Dari peristiwa banjir mengajarkan bahwa perbuatan manusia yang merusak ekosistem alam mutlak menjadi tanggung jawab penuh yang diberikan kepada manusia untuk melindungi ciptaan Tuhan tidak dijalankan dengan maksimal. Coba kita lihat, seperti  peristiwa alam Tanah longsor atau banjir, adalah sebagai pengingat bahwa dampak yang ditimbulkan dari dua peristiwa tersebut tidak hanya merugikan manusia. Hewan dan Tumbuhan yg berjalan sebagai sebuah ekosistem yg menopang kelanjutan hidup manusia kerusakannya tidak pernah dihitung. 

Ekosistem yang ada dialam sebagai jembatan manusia untuk ber-Tuhan, dianggap manusia hanya sebagai sebuah properti. Degradasi binatang, tumbuhan dari makluk hidup yang mendapat hak penuh yang diberikan oleh Tuhan untuk hidup, semata-mata hanya dijadikan properti karena hasil dari keegoisan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. (Harari, 2018;111)

Manusia dominan tidak menempatkan dirinya sebagai mata rantai dr ekosistem, tetapi selalu menempatkan dirinya sebagai penguasa ekosistem. Organisme diluar manusia selalu menempati posisi tidak punya nilai interistik, mereka hanya semata-mata untuk kepentingan manusia.Otoritas penuh yg diamanahkan Tuhan kpd manusia untuk menjaga alam tidak pernah dijaga dengan baik.

Coba bayangkan, seandainya ketika manusia berburu Kancil di hutan. Ketika manusia berburu manusia tidak pernah menempatkan dirinya sebagai Kancil yang mendapat hak penuh dari tuhan untuk tetap hidup. Manusia tidak pernah memikirkan impian-impian kancil atau harimau hutan untuk hidup dan menjadi bagian dari rantai makanan, Disisi lain kita bisa dengan mudah memperoleh pasokan daging untuk perut kita dari hasil domestikasi sapi atau kambing dikota-kota besar atau didesa. Yang kita pikirkan adalah kepuasan berburu dan memperoleh rusa sebagai buruan kita sebagai sebuah gejala untuk memenuhi kepuasan manusia.

Seandainya manusia mampu memikirkan apa yang diimpikan oleh Kancil dan Harimau, manusa tidak akan mampu untuk mengganggu jalannya rantai makanan di ekosistem tersebut. Manusia selalu berfokus bahwa dirinya adalah makhluk sempurna yg dapat berdiri kokoh pada puncak rantai makanan dan penguasa dunia.

Agama-agama baru (paham) manusia hanya membatasi hubungan manusia dengan Tuhan, dan tidak pernah memperhitungkan properti-properti alam yg telah diciptakan Tuhan. Pada kenyataannya ekosistem alam yang dianggap manusia sebagai properti telah menjembatani dan memfasilitasi manusia untuk berhubungan dengan Tuhan. Kita bisa membayangkan seandainya hewan-hewan seperti burung dan serangga kecil musnah dari peradaban di bumi, tidak ada yang akan membantu penyerbukan benang sari ke putik untuk menghasilkan buah-buahan yang dapat dikonsumsi manusia.

Tuhan dengan Keistimewaannya membungkam property-property itu supaya tidak protes terhadap manusia. Seperti tanah, yang setiap hari manusia injak, cangkul dan ludahi tidak pernah menjerit atau protes karena beban kerja mereka yang berlebihan. Atau ketika pohon-pohon yang menjerit kelelahan menahan air hujan supaya air hujan yang masuk ketanah tidak mengalirkan mengerupsi tanah yang kemudian mengalir ke pemukiman-pemukiman manusia.

Manusia jika mampu memahami ilmu filsafat atau belajar kehidupan dari organisme yang diciptakan Tuhan yang ada disekelilingnya, mereka akan paham bagaimana belajar berorganiasi dan berintergrasi dengan melihat sistem yang bekerja didalam pohon ketika semua sistem didalam pohon saling berintegrasi untuk menopang kehidupannya. Manusia tentunya akan malu, dia tidak akan mampu menyamai sistem yang bekerja didalam pohon. Atau manusia tidak akan mampu belajar dari Kelelawar yang memakan buah-buahan dimalam hari, kelelawar akan berhenti ketika perutnya kenyang dan tidak akan memakan semuanya sisi apel di lahan-lahan pertanian,Tetapi manusia tidak akab berhenti ketika perutnya kenyang, karena sifatnya yang tidak mudah puas maka manusia akan berusaha mengekploitasi ekosistem. Setelah perutnya kenyang, manusia akan membuat isi dompet dan pundi-pundi rupiahnya gemuk, kemudian akan mereka habiskan dan setelah habis mereka akan kembali kea lam untuk mengambil pundi-pundi lagi. Mereka jarang sekali memikirkan bahwa kesabaran dari alam aka nada batasnya.

Sebagai makhluk yang sempurna dan superior manusia, manusia mempunyai kombinasi yang sempurna diakalnya. Manusia bisa bersifat layaknya menjadi malaikat atau hewaniah dalam waktu yang hampir bersamaan. Dengan kepantasan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, seharusnya manusia bisa menempatkan diri dan berganti menjembatani kelangsungan hidup ekosistem disekitarnya. Menjaga dan merawat alam menjadi hukum imbal balik ketika manusia memanfaatkan alam. Alam membutuhkan kita, dan kita tidak bisa hidup tanpa alam.

Dengan menunjukkan belas kasih manusia kepada makhluk lain ciptaan-Nya, tentu Tuhan akan berbelas kasih juga kepada manusia dan tidak akan mengirimkan berbagai gejala alam yang dapat merugikan manusia sendiri.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo

Kebudayaan merupakan sebuah kebiasaaan nenek moyang yang dilakukan manusia dalam lingkup sosial tertentu.   Salah satunya kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia ialah larung sesaji.   Larung sesaji itu sendiri merupakan menghanyutkan persembahan berupa makanan atau benda lain dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbiolis. Larung sesaji terdapat di berbagai daerah salah satunya   yaitu berada di Ponorogo.   Ponorogo merupakan salah   satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki berbagai budaya yang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lainnya.   Pada setiap tahun baru Islam atau Sura, Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa   Grebeg Sura.   Dalam acara tahunan ini   ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi seperti Festival Reog Mini, Festival Nasional Reog Ponorogo, bedhol pusaka, kirab pusaka dan yang terakir yaitu upacara larung sesaji yang dilaksanakan di Telaga Ngebel.   Upacara la...

Jathil Obyog

  Kesenian Reyog terbagi atas dua bentuk yaitu reyog display dan reyog play. Reyog Display atau biasanya disebut Reyog Festival yang ditampilkan dalam event – event tertentu misal dalam Festival Reyog Nasional yang diadakan setahun sekali. Sedangkan Reyog Play adalah sebutan bagi Reyog Obyog. Dikatakan obyog karena dalam pementasannya tidak selalu berada dipanggung, penari turun secara langsung dan berbaur dengan penonton. Keistimewaan dari obyog adalah penonton boleh ikut berbaur dalam pertunjukkan dan ikut menari dalam pertunjukan tersebut. Selain itu, kesenian reyog obyog bisa dipentaskan dalam berbagai acara, misalnya hajatan, khitanan, rapat terbuka dll. Kesenian ini memiliki sifat gembira dan dinamis karena reyog obyog adalah sebuah tarian rakyat   dimana penonton boleh ikut menari bersama dengan pemain reyog obyog. Terdapat perbedaan yang mendasar pada unsur penari antara reyog festival dan reyog obyog. Unsur – unsur dalam reyog festival terdiri dari : Kelono ...